MAKALAH
DISUSUN
OLEH
NAMA : HERSA ZAFIRA
NPM : 13120168
KELAS : 3D
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
PGRI SEMARANG
2014
Pengertian
Pembelajaran Aktif
Pembelajaran
aktif adalah belajar yang memperbanyak aktivitas siswa dalam mengakses berbagai
informasi dari berbagai sumber, untuk dibahas dalam proses pembelajaran dalam
kelas, sehingga memperoleh berbagai pengalaman yang tidak saja menambah
pengetahuan, tapi juga kemampuan analisis dan sintesis (Rosyada dalam
Nurhayati, 2008). Belajar aktif menuntut
siswa untuk bersemangat, gesit, menyenangkan, dan penuh gairah, bahkan siswa
sering meninggalkan tempat duduk untuk bergerak leluasa dan berfikir keras
(moving about and thinking aloud). Selama proses belajar siswa dapat
beraktivitas, bergerak dan melakukan sesuatu dengan aktif. Keaktifan siswa tidak hanya keaktifan fisik tapi juga
keaktifan mental. Belajar aktif sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran
yang bermuara pada belajar mandiri, maka kegiatan belajar mengajar yang
dirancang harus mampu melibatkan siswa secara aktif. Siswa dan guru dalam
belajar aktif sama berperan untuk menciptakan suatu pengalaman belajar yang
bermakna.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif adalah suatu metode belajar yang mana siswa tidak hanya sekedar mendengarkan informasi yang disampaikan oleh guru, akan tetapi siswa juga melihat apa yang dijelaskan oleh guru dan terakhir siswa melakukan atau mencobakan langsung apa yang telah dipelajari untuk memperoleh hasil belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif adalah suatu metode belajar yang mana siswa tidak hanya sekedar mendengarkan informasi yang disampaikan oleh guru, akan tetapi siswa juga melihat apa yang dijelaskan oleh guru dan terakhir siswa melakukan atau mencobakan langsung apa yang telah dipelajari untuk memperoleh hasil belajar.
Dimensi-dimensi
Pembelajaran Aktif
Pembelajaran
aktif akan lebih tampak dan menunjukkan kadar yang tinggi apabila pembelajaran
berorientasi pada siswa. Terdapat 7 dimensi proses pembelajaran yang
mengkibatkan terjadinya pembelajaran aktif, yaitu (Mc Keachie dalam Nurhayati,
2008):
1.
Partisipasi siswa
dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran.
2.
Tekanan pada aspek
afektif dalam belajar.
3.
Partisipasi siswa
dalam kegiatan pembelajaran, terutama berbentuk interaksi antarsiswa.
4.
Penerimaan guru
terhadap perbuatan dan kontribusi siswa yang kurang relevan atau bahkan sama
sekali salah.
5.
Kekompakan kelas
sebagai kelompok.
6.
Kebebasan diberikan
kepada siswa untuk mengambil keputusan-keputusan penting dalam kehidupan
sekolah.
7.
Jumlah waktu yang
digunakan untuk menanggulangi masalah siswa baik yang berhubugan maupun yang
tidak berhubungan dengan pembelajaran.
Karakteristik
Pembelajaran Aktif
Sekolah yang melakukan
pembelajaran aktif dengan baik harus mempunyai karakteristik, yaitu:
pembelajaran berpusat pada siswa, guru membimbing dalam terjadinya pengalaman
belajar, tujuan kegiatan tidak hanya sekedar mengejar standar akademis,
pengelolaan kegiatan pembelajaran dan penilaian (Joni, R dalam Nurhayati,
2008).
- Pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa berperan lebih aktif dalam mengembangkan cara-cara belajar mandiri. Siswa berperan serta pada perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses belajar. Pengalaman siswa lebih diutamakan.
- Guru membimbing dalam terjadinya pengalaman belajar. Guru bukan satu-satunya sumber belajar. Guru merupakan salah satunya sumber belajar, yang memberikan peluang bagi siswa agar dapat memperoleh pengetahuan atau ketrampilan sendiri melalui usaha sendiri, dapat mengembangkan motivasi dari dalam dirinya, dan dapat mengembangkan pengalaman untuk membuat suatu karya.
- Tujuan kegiatan pembelajaran tidak hanya untuk sekedar mengejar standar akademis. Selain pencapaian standar akademis, kegiatan ditekankan untuk mengembangkan siswa secara utuh dan seimbang.
- Pengelolaan kegiatan pembelajaran ditekankan pada kreativitas siswa, dan memperhatikan kemajuan siswa untuk menguasai konsep-konsep dengan mantap.
- Penilaian dilakukan untuk mengukur dan mengamati kegiatan dan kemajuan siswa, serta mengukur ketrampilan dan hasil belajar siswa.
A. Pengertian SETS
Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and
Society) dalam bahasa Indonesia dikenal dengan sebutan saling temas yang
merupakan sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Asyari (dalam
Tristanti, 2011:12) mengartikan pendekatan SETS sebagai suatu pendekatan dalam
pembelajaran sains yang mengaitkan dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat
sekitar. Pendekatan SETS ditujukan untuk membantu peserta didik mengetahui
sains, perkembangan dan aplikasi konsep sains dalam kehidupan sehari-hari.
Pendekatan ini membahas tentang hal-hal yang bersifat nyata, yang dapat
dipahami, dapat dibahas, dan dapat dilihat.
Menurut
podjiaji (dalam Tistanti) pembelajaran Sains Lingkungan Teknologi dan
Masyarakat pada dasarnya memberikan pemahaman tentang kaitan antara sains
teknologi dan masyarakat sekitar serta merupakan wahana untuk melatih kepekaan
siswa terhadap lingkungan sebagai akibat perkembangan sains dan teknologi.
Berdasarkan hal tersebut siswa diharapkan dapat menerapkan pembelajaran sains
dengan memanfaatkan lingkungan sekitar untuk membuat teknologi yang bermanfaat
bagi masyarakat.
B. Hakekat Pendekatan Sains, Teknologi
lingkungan dan Masyarakat
Pendekatan Sains, Teknologi lingkungan dan masyarakat (SETS)
adalah pengindonesiaan dari Science-Technology-Society (STS) yang pertama kali
dikembangkan di Amerika Serikat pada tahun 1980-an, dan selanjutnya berkembang
di Inggris dan Australia. National Science Teacher Association atau NSTA,
mendefinisikan pendekatan ini sebagai belajar/mengajar sains dan teknologi
dalam konteks pengalaman manusia. Dengan volume informasi dalam masyarakat yang
terus meningkat dan kebutuhan bagi penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
hubungannya dengan kehidupan masyarakat dapat menjadi lebih mendalam, maka
pendekatan SETS dapat sangat membantu bagi anak. Oleh karena pendekatan ini
mencakup interdisipliner konten dan benar- benar melibatkan anak sehingga dapat
meningkatkan kemampuan anak. Pendekatan ini dimaksudkan untuk menjembatani
kesenjangan antara kemajuan iptek, membanjirnya informasi ilmiah dalam dunia
pendidikan, dan nilai–nilai iptek itu sendiri dalam kehidupan masyarakat sehari
-hari.
Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat (SETS) dalam
pandangan ilmu-ilmu sosial dan humaniora, pada dasarnya memberikan pemahaman
tentang kaitan antara sains teknologi dan masyarakat, melatih kepekaan
penilaian peserta didik terhadap dampak lingkungan sebagai akibat perkembangan
sains dan teknologi (Poedjiadi, 2005). Menurut Raja (2009), keputusan yang
dibuat oleh masyarakat biasanya memerlukan penggunaan teknologi untuk
melaksanakannya. Bahkan, masyarakat dan ilmu pengetahuan menggunakan teknologi
sebagai sarana untuk menyimpan informasi. Peranan penting yang dimiliki oleh
teknologi dapat berfungsi sebagai sarana tindakan dan penyidikan dalam
pendekatan SETS. Data juga menyiratkan sifat ilmu pengetahuan sebagai sebuah
bidang di semua masyarakat.
Sains
merupakan suatu tubuh pengetahuan (body of knowledge) dan proses penemuan
pengetahuan. Teknologi merupakan suatu perangkat keras ataupun perangkat lunak
yang digunakan untuk memecahkan masalah bagi pemenuhan kebutuhan manusia.
Sedangkan masyarakat adalah sekelompok manusia yang memiliki wilayah,
kebutuhan, dan norma -norma sosial tertentu. Sains, teknologi dan masyarakat
satu sama lain saling berinteraksi (Widyatiningtyas, 2009). Menurut
Widyatiningtyas (2009), pendekatan SETS dapat menghubungkan kehidupan dunia
nyata anak sebagai anggota masyarakat dengan kelas sebagai ruang belajar sains.
Proses pendekatan ini dapat memberikan pengalaman belajar bagi anak dalam
mengidentifikasi potensi masalah, mengumpulkan data yang berkaitan dengan
masalah, mempertimbangkan solusi alternatif, dan mempertimbangkan konsekuensi
berdasarkan keputusan tertentu.
Pendidikan sains pada hakekatnya merupakan upaya pemahaman,
penyadaran, dan pengembangan nilai positif tentang hakekat sains melalui
pembelajaran. Sains pada hakekatnya merupakan ilmu dan pengetahuan tentang
fenomena alam yang meliputi produk dan proses. Pendidikan sains merupakan salah
satu aspek pendidikan yang menggunakan sains sebagai alat untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional secara umum dan tujuan pendidikan sains secara khusus,
yaitu untuk meningkatkan pengertian terhadap dunia alamiah
(Amien,
1992 dalam Widyatiningtyas, 2009).
Untuk penyusunan materi pendidikan sains, hendaknya
merupakan akumulasi dari konten, proses, dan konteks. Konten, menyangkut hal
-hal yang berkaitan dengan fakta, definisi, konsep, prinsip, teori, model, dan
terminologi. Proses, berkaitan dengan metodologi atau keterampilan untuk
memperoleh dan menemukan konten. Konteks, berkaitan dengan kepentingan sosial
baik individu maupun masyarakat atau kepentingan-kepentingan lainnya yang
berhubungan dengan perlunya pengembangan dan penyesuaian pendidikan sains untuk
menghadapi tantangan kemajuan zaman. Benneth et. al. (2005) melaporkan, bahwa
pendekatan SETS merupakan pendekatan berbasis konteks yang memiliki peranan
yang sangat penting dalam memotivasi anak dan mengembangkan keaksaraan ilmiah
mereka berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap anak laki-laki dan
perempuan yang berkemampuan rendah.
Dengan
demikian, tujuan pendekatan SETS adalah untuk membentuk individu yang memiliki
literasi sains dan teknologi serta memiliki kepedulian terhadap masalah
masyarakat dan lingkungannya (Pudjiadi, 2005).
Menurut
Rusmansyah (2003) dalam Aisyah (2007), pendekatan SETS dilandasi oleh tiga hal
penting yaitu:
1.
Adanya keterkaitan yang erat antara sains, teknologi dan masyarakat.
2.
Proses belajar-mengajar menganut pandangan konstruktivisme, yang pada pokoknya
menggambarkan bahwa anak membentuk atau membangun pengetahuannya melalui
interaksinya dengan lingkungan.
3.
Dalam pengajarannya terkandung lima ranah, yang terdiri atas ranah
pengetahuan, ranah sikap, ranah proses sains, ranah kreativitas, dan
ranah hubungan dan aplikasi.
Program pembelajaran dengan pendekatan SETS pada umumnya
mempunyai karakteristik, sebagai berikut:
1.
Identifikasi masalah-masalah setempat.
2.
Penggunaan sumber daya setempat yang digunakan dalam memecahkan masalah.
3.
Keikutsertaan yang aktif dari siswa dalam mencari informasi untuk memecahkan
masalah.
4.
Perpanjangan pembelajaran di luar kelas dan sekolah.
5.
Fokus kepada dampak sains dan teknologi terhadap siswa.
6.
Isi dari pembelajaran bukan hanya konsep-konsep saja yang harus dikuasai siswa
dalam kelas
7.
Penekanan pada keterampilan proses di mana siswa dapat menggunakan dalam
memecahkan masalah.
8.
Penekanan pada kesadaran karir yang berkaitan dengan sains dan teknologi.
9.
Kesempatan bagi siswa untuk berperan sebagai warga negara identifikasi
bagaimana sains dan teknologi berdampak di masa depan.
10.
Kebebasan atau otonomi dalam proses belajar.
C. Konsep Pendidikan Sains lingkungan
Teknologi dan Masyarakat
Inovasi pendidikan selalu dilakukan oleh ahli pendidikan
agar pendidikan siswa lebih bermakna, ini tentunya selalu disesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan tuntutan masyarakat. Pendekatan
pembelajaran yang inovatif yang dikembangkan oleh ahli pendidikan sekarang
salah satunya adalah diintegrasikannya pendidikan berwawasan lingkungan,
misalnya Pendidikan bervisi STS (Science Technology Society) berarti pendidikan
bervisi Sains Teknologi dan Masyarakat, pendidikan bervisi EE (Environmental
Education) berarti pendidikan lingkungan hidup, pendidikan STL (Sciencetific
and Technological Literacy ) artinya pendidikan berwawasan Sains dan merujuk
Teknologi. Beberapa waktu berlalu belum menampakkan hasil optimal dari
pengintegrasian visi-visi tersebut dalam pendidikan. Untuk itulah perlu dikembangkan
pendidikan bervisi SETS sebagai satu kesatuan Sains, Lingkungan, Teknologi dan
Masyarakat yang tidak boleh dipisahkan. Ketergantungan terhadap produk alam
untuk keperluan kehidupan sehari-hari masih cukup tinggi. Sehingga tingkat
kekayaan alam yang relatif berkurang dibandingkan dengan jumlah manusia yang
membutuhkan, semakin memberi dukungan terhadap aplikasi pendidikan bervisi
SETS.
Hakekat SETS dalam pendidikan merefleksikan bagaimana harus
melakukan dan apa saja yang bisa dijangkau oleh pendidikan SETS. Pendidikan
SETS harus mampu membuat peserta didik yang mempelajarinya baik siswa maupun
warga masyarakat benar-benar mengerti hubungan tiap-tiap elemen dalam SETS.
Hubungan yang tidak terpisahkan antara sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat
merupakan hubungan timbal balik dua arah yang dapat dikaji manfaat-manfaat
maupun kerugian-kerugian yang dihasilkan.
Pada akhirnya peserta didik mampu menjawab dan mengatasi
setiap problem yang berkaitan dengan kekayaan bumi maupun isu-isu sosial serta
isu-isu global, hingga pada akhirnya bermuara menyelamatkan bumi. Keberhasilan
Pendidikan SETS dengan kedalaman yang memadai sangat relevan untuk memecahkan
problem yang melanda kehidupan sehari-hari. Misalnya masalah pencemaran,
pengangguran, bencana alam, kerusuhan sosial dan lain-lainnya. Isu-isu tersebut
dapat dibawa ke dalam kelas dan dikaji melalui pendidikan SETS untuk dicarikan
pemecahannya, paling tidak pencegahannya. Pendidikan SETS pada hakekatnya akan
membimbing peserta didik untuk berpikir global dan bertindak lokal maupun
global dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi sehari -hari.
Masalah-masalah yang berada di masyarakat dibawa ke dalam kelas untuk dicari
pemecahannya menggunakan pendidikan SETS secara terpadu dalam hubungan timbal balik
antar elemen-elemen sains, lingkungan, teknologi, masyarakat.
Peserta didik dilatih agar mampu berpikir secara global
dalam memecahkan masalah lokal, nasional maupun internasional sesuai dengan
kadar kemampuan berpikir dan bernalarnya. Peserta didik dibimbing untuk
memiliki kepekaan terhadap masalah-masalah di masyarakat dan berperan aktif
untuk turut mencari pemecahannya. Pendidikan SETS ini dapat mengatasi
kelemahan sistem pendidikan klasik dimana peserta didik diajak melaju untuk
menyelesaikan materi pelajaran, tanpa diketahui dengan jelas implementasi
peserta didik terhadap daya serap materi pelajaran (Apakah materi pelajaran
dapat dikuasai keseluruhan atau sebagian, dan kompetensi dasar apa yang sudah
dicapai).
D. Tujuan Pendidikan Sains lingkungan Teknologi
dan Masyarakat
Tujuan Pendidikan SETS adalah untuk membantu peserta didik
mengetahui sains, perkembangan sains, teknologi -teknologi yang digunakannya,
dan bagaimana perkembangan sains serta teknologi mempengaruhi lingkungan serta
masyarakat. Pendidikan SETS berupaya memberikan pemahaman tentang peranan
lingkungan terhadap sains, teknologi, masyarakat. Sebaliknya peranan masyarakat
terhadap arah perkembangan sains, teknologi dan keadaan lingkungan. Termasuk
juga peranan teknologi dalam penyesuaiannya dengan sains, manfaatnya terhadap
masyarakat dan dampak -dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan.
Tidak ketinggalan peranan sains untuk melahir kan
konsepkonsep yang berdaya guna positif, keterlibatannya pada teknologi yang
dipakai maupun pengaruhnya terhadap masyarakat dan lingkungan secara timbal
balik. Jadi tujuan utama Pendidikan SETS ialah bagaimana membuat agar SETS
dapat menolong manusia membuat surga dunia di muka bumi ini, bukan sebaliknya
menciptakan neraka dunia dalam segala aspek kehidupan. SETS sesungguhnya harus
mampu menolong setiap negara di dunia untuk mewujudkan kemakmuran bagi semua
warga negaranya.
Dalam memberikan pengantar Pendidikan SETS kepada peserta
didik, setiap guru harus dapat menciptakan variasi pendekatan atau konsep pembelajaran
yang disesuaikan tingkat kemampuan maupun obyektivitas dari pendidikan SETS itu
sendiri. Perlu diingat bahwa tidak tertutup kemungkinan seorang siswa memiliki
peluang lebih besar untuk mengalami sesuatu topik masalah secara lebih nyata
dibanding dengan gurunya. Apabila hal itu terjadi, para guru hendaknya tidak
merasa berkecil hati, justru merasa lebih tertantang dengan kondisi yang ada
untuk belajar lebih keras dan mencoba mendahului kemampuan muridnya dengan
tujuan positif. Jangan sampai terjadi karena muridnya diketahui lebih cepat
dapat mengakses pengetahuan yang ada, seorang guru menjadi tidak suka atau
antipati kepada muridnya. Segi baik lainnya adalah setiap murid secara
perorangan dapat mengoptimalkan pengetahuan yang dimilikinya untuk bekerja sama
dengan temannya dalam proses Pendidikan SETS. Hal ini mengandung arti murid
yang bersangkutan telah belajar bagaimana bersosial masyarakat.
E. Tahap-tahap Pendekatan SETS
Secara operasional National Science
Teacher Association menyusun tahapan pembelajaran sains dengan pendekatan SETS
sebagai berikut.
a. Tahap invitasi
Pada
tahap ini guru memberikan isu/ masalah aktual yang sedang berkembang di
masyarakat sekitar yang dapat dipahami peserta didik dan dapat merangsang siswa
untuk mengatasinya. Guru juga bisa menggali pendapat dari siswa, yang ada
kaitannya dengan materi yang akan dibahas.
b. Tahap eksplorasi
Pada
tahap ini, guru dan siswa mengidentifikasi daerah kritis penyelidikan.
Data-data dan informasi dapat dikumpulkan melalui pertanyaan-pertanyaan atau
wawancara, kemudian menganalisis informasi tersebut. Data dan informasi dapat
pula diperoleh melalui telekomunikasi, perpustakaan dan sumber-sumber dokumen
publik lainnya. Dari sumber-sumber informasi, siswa dapat mengembangkan penyelidikan
berbasis ilmu pengetahuan untuk menyelidiki isu-isu yang berkaitan dengan
masalah ini. Pemahaman tentang hujan asam, misalnya, dilakukan dalam
laboratorium untuk menyelidiki sifat -sifat asam dan basa. Penyelidikan ini
memberikan pemahaman dasar untuk pengembangan, pengujian hipotesis, dan
mengusulkan tindakan (Dass, 1999 dalam Raja, 2009).
Menurut
Aisyah (2007), tahap kedua ini merupakan proses pembentukan konsep yang dapat
dilakukan melalui berbagai pendekatan dan metode. Misalnya pendekatan keterampilan
proses, pendekatan sejarah, pendekatan kecakapan hidup, metode demonstrasi,
eksperimen di labolatorium, diskusi kelompok, bermain peran dan lain-lain. Pada
akhir tahap kedua, diharapkan melalui konstruksi dan rekonstruksi siswa
menemukan konsep-konsep yang benar atau konsep-konsep para ilmuan. Selanjutnya
berbekal pemahaman konsep yang benar siswa melanjutkan analisis isu atau
masalah yang disebut aplikasi konsep dalam kehidupan.
c. Tahap solusi
Pada
tahap ini, siswa mengatur dan mensintesis informasi yang mereka telah
kembangkan sebelumnya dalam penyelidikan. Proses ini termasuk komunikasi lebih
lanjut dengan para ahli di lapangan, pengembangan lebih lanjut, memperbaiki,
dan menguji hipotesis mereka, dan kemudian mengembangkan penjelasan tentatif dan
proposal untuk solusi dan tindakan. Hasil tersebut kemudian dilaporkan dan
disajikan kepada rekan -rekan kelas untuk menggambarkan temuan, posisi yang
diambil, dan tindakan yang diusulkan (Dass, 1999 dalam Raja, 2009).
Menurut
Aisyah (2007), apabila selama proses pembentukan konsep dalam tahap ini tidak
tampak ada miskonsepsi yang terjadi pada siswa, demikian pula setelah akhir
analisis isu dan penyelesaian masalah, guru tetap harus melakukan pemantapan
konsep melalui penekanan pada konsep-konsep kunci yang penting diketahui dalam
bahan kajian tertentu. Hal ini dilakukan karena konsep–konsep kunci yang
ditekankan pada akhir pembelajaran akan memiliki retensi lebih lama
dibandingkan dengan kalau tidak dimantapkan atau ditekankan oleh guru pada
akhir pembelajaran.
d. Tahap aplikasi
Siswa
diberi kesempatan untuk menggunakan konsep yang telah diperoleh. Dalam hal ini
siswa mengadakan aksi nyata dalam mengatasi masalah yang muncul dalam tahap
invitasi.
e. Tahap pemantapan konsep
Guru
memberikan umpan balik/ penguatan terhadap konsep yang diperoleh siswa.
F. Kelebihan SETS
Menurut
Ismail pendekatan SETS memiliki keunggulan sebagai berikut.
a.
Menghindari materi oriented dalam pendidikan tanpa tahu masalah-masalah di
masyarakat secara lokal, nasional, maupun internasional.
b.
Mempunyai bekal yang cukup bagi peserta didik untuk menyongsong era globalisasi
c.
Membekali peserta didik dengan kemampuan memecahkan masalah-masalah dengan
penalaran sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat secara integral baik di
dalam ataupun di luar kelas.
d.
Pengajaran sains lebih bermakna karena langsung berkaitan dengan permasalahan
yang muncul di kehidupan keseharian siswa tentang peranan sains dalam kehidupan
nyata.
e.
Meningkatkan kemampuan siswa untuk mengaplikasikan konsep, keterampilan,
proses, kreativitas, dan sikap meghargai produk teknologi serta bertanggung
jawab atas masalah yang muncul di lingkungan.
f.
Kegiatan kelompok dapat memupuk kerjasama antar siswa dan sikap toleransi dan
saling menghargai pendapat teman
g.
Mengaplikasikan suatu gagasan atau penciptaan suatu karya yang dapat bermanfaat
bagi masyarakat maupun bagi perkembangan sains dan teknologi. Dengan demikian
pendekatan SETS dapat membantu siswa dalam mengetahui sains, teknologi yang
digunakannya serta perkembangan sains dan teknologi dapat berpengaruh terhadap
lingkungan dan masyarakat.
Lucky Club Live Casino Site Review 2021
BalasHapusLucky Club Live Casino Review. Lucky Club is the newest online casino site created to 카지노사이트luckclub make your casino experience easier and more secure Games: Slots, Blackjack, Roulette, BaNumber of games: 2000+Number of games: 2000+